Balikpapan

East Kalimantan

Telepon

(0542) 425381

Email

humas@untri.ac.id

Ada beberapa cara mencegah bullying di sekolah yang bisa dijalankan. Meski prosesnya tidak mudah, namun beberapa cara ini akan sangat optimal untuk dijalankan.

Bullying memang menjadi masalah kompleks dan pelik di lingkungan sekolah. Sebagai salah satu orang yang bertanggung jawab di sekolah, guru harus paham bagaimana cara mencegah bullying di sekolah secara maksimal.

Cara Mencegah Bullying di Sekolah

Sebelum bullying benar-benar terjadi, maka lebih baik untuk mencegahnya sejak awal. Proses ini tentunya tidak mudah dan memerlukan waktu yang relatif panjang. Namun jika ingin memulainya, maka ikuti cara-cara berikut ini:

Langkah paling awal yang bisa dilakukan adalah dengan membiasakan anak-anak menjadi lebih berani, bekerja sama, dan beradaptasi. Tiga aspek ini secara tidak langsung akan membentuk sikap anak yang lebih kuat.

Berani dalam arti tidak mudah untuk ditindas orang lain. Anak harus diajarkan memiliki prinsip sendiri tanpa merugikan diri dan orang lain. Kemudian ada kerja sama yang dibutuhkan agar anak terbiasa bersosialisasi dan berteman.

Tidak hanya itu saja, adaptasi juga sangat dibutuhkan agar anak bisa memahami karakteristik semua temannya. Hal ini akan meminimalisir gesekan dan anak juga lebih terbiasa dengan perbedaan dalam sekolah.

Selanjutnya penting untuk menciptakan obrolan tentang bullying. Dibandingkan membuat sosialisasi formal yang sulit dipahami anak di sekolah, akan lebih baik untuk menciptakan obrolan ringan yang mudah dipahami dan diterima.

Saat obrolan dibuat, hal utama yang diharapkan adalah tersampaikannya informasi tentang bullying dan tanya jawab dasi anak. Nantinya, informasi yang diberikan bisa terserap dengan mudah tanpa harus terbebani.

Proses ini bisa dilakukan di mana saja dalam lingkungan sekolah. Bisa saat kelas berlangsung, atau saat istirahat dan ada proses komunikasi antara guru dan anak atau siswa. Dengan demikian, informasi bullying bisa disalurkan secara optimal.

Cara mencegah bullying di sekolah selanjutnya adalah dengan membuat komunikasi terbuka. Sebenarnya cara ini masih berkaitan dengan proses pembuatan obrolan tentang bullying pada poin kedua.

Komunikasi terbuka adalah komunikasi yang tercipta antara guru dan anak dengan pendekatan yang jauh lebih dalam. Untuk melakukannya, guru harus memulainya terlebih dahulu dengan sikap santai dan penyayang.

Apabila anak sudah merasa disayangi, maka apa yang menjadi keresahannya akan lebih mudah diceritakan. Hal ini penting untuk menggali lebih jauh tentang permasalahan anak termasuk kemungkinan bullying.

Guru juga harus responsif apabila anak menceritakan keluh-kesahnya di sekolah termasuk kemungkinan adanya bullying. Jangan sampai acuh dan tidak peduli dengan bullying seolah bukan masalah besar.
Sikap responsif guru ini penting untuk menghentikan bullying dan mencegah kemungkinan terjadi secara berulang. Ketegasan juga diperlukan dalam proses menghadapi bullying agar tidak ada korban di sekolah.

Sedangkan jika guru tidak responsif dan merasa bullying harus ditutupi, maka anak yang menjadi korban akan merasa disepelekan. Alhasil, bullying tidak akan bisa dihentikan dan akan terus terjadi di lingkungan sekolah.

Jangan lupa juga untuk melibatkan orang tua dalam proses pencegahan bullying. Anak-anak yang menjadi pelaku bullying biasanya memiliki masalah di rumah sehingga melampiaskannya di sekolah dan teman-temannya.

Untuk itu, libatkan saja orang tua baik melalui perkumpulan dan sosialisasi. Guru juga bisa melakukan pendekatan ke masing-masing orang tua yang anaknya bermasalah. Dengan demikian, akan mudah diketahui permasalahannya.

Kesimpulan

Perlu diingat lagi bahwa mencegah bullying tidak bisa instan. Cara mencegah bullying di sekolah yang sudah dipaparkan tersebut bisa dijalankan secara perlahan. Dengan demikian, hasilnya akan terlihat dan bullying tidak akan terjadi.